Breaking News
Loading...
Tuesday, February 25, 2020

Info Post

365INIDEWA - Sayang sekali kalau sudah sampai Inggris tapi tidak ke London, kota terbesar di Britania Raya. Saya pun menyempatkan pergi ke London, setelah melihat latihan terakhir Garuda Select sebelum bertanding melawan Preston North End U-18, Senin (24/2/2020).

Mumpung latihan Garuda Select di Aspray Arena, Willenhall, Walsall, siang sudah selesai, saya langsung bergegas ke Stasiun Birmingham New Street. Sesuai jadwal kereta berangkat pukul 14.10 waktu setempat.

Harga tiket Birmingham-London sebanyak 21 pound sterling atau sekitar Rp 375 ribu. Itu untuk perjalanan pergi dan pulang (PP). Harga tiket tersebut lebih murah dibandingkan dari Birmingham ke Liverpool kemarin.

Sepanjang perjalanan, pemandangan yang disuguhkan di dalam kereta nyaris tidak berbeda saat pergi ke Liverpool. Deretan rumah, industri, dan hutan menemani perjalanan di kereta.

Sekitar 2 jam di dalam kereta, terdengar pengumuman kalau sebentar lagi masuk Stasiun London Euston. Waktu menunjukkan pukul 16.21 waktu setempat. Masih belum terlalu gelap.

Saya dan rekan-rekan media dari Indonesia sengaja turun di Stasiun London Euston karena dekat dengan Stadion Emirates. Markas Arsenal FC.

Jarak stasiun ke stadion sekitar 2,9 mil. Jadi kami memilih naik taksi untuk menghemat waktu. Perjalanan di taksi hanya 15 menit. Biayanya 14 pound sterling atau sekitar Rp 255 ribu.

Tiba di Stadion Emirates, saya berkeliling untuk melihat-lihat. Di sana banyak sekali patung legenda klub. Oya, kompleks Stadion Emirates ini terbagi menjadi dua tingkat. Atas untuk stadion, bawah untuk megastore. Di sana juga ada museum klub.

Puas berkeliling di Stadion Emirates yang ikonik, saya beranjak ke pusat kota. Ingin melihat London Bridge yang juga ikonik. Jembatan yang bisa buka dan tutup, kalau ada kapal lewat.

Sebetulnya ingin pergi ke Stadion Stamford Bridge, atau Stadion Tottenham Hotspur yang baru. Namun mengingat waktu yang terbatas, rencana itu tidak bisa terwujud.

Tiba di London Bridge hari sudah gelap. Tidak terlalu lama di sana, saya memutuskan kembali ke Birmingham karena jadwal kereta tidak bisa di kompromi. Walaupun begitu, hati sudah puas karena bisa pergi ke London, sehingga datang ke Inggris terasa sudah lengkap.